Sunday, March 8, 2015

Pilgrimage Exhibition by Didi Budiardjo


Pilgrimage yang berarti perjalanan panjang secara spiritual adalah sebuah konsep hidup menuju kedamaian yang berlandaskan pada keyakinan. Mungkin makna itu yang ingin disampaikan Didi Budiardjo dalam pameran fashion pertamanya selama 25 tahun berkarya di industri fashion.

Pesona mahakarya Didi dari tahun 1989 hingga 2015, terekam dalam tiap detail busana gaun malam dan pengantin yang couture, mewah, fantasi, glamor, misterius, yang banyak dipengaruhi literatur, musik, sejarah, seni dan kultur.

Pameran fashion yang diadakan di Museum Tekstil Jakarta ini, menampilkan lebih dari 70 kreasi gaun yang ditata sesuai tema, warna dan jenis busana dengan instalasi luar biasa karya Felix Tjahyadi.

Atelier / Prelude

Memasuki pintu utama, saya langsung disuguhkan oleh dua instalasi bergaya klasik Eropa. Konsepnya sendiri adalah representasi dari sebuah ide awal. Sketsa, mood board, tumpukan buku, mesin jahit, adalah langkah awal sebuah busana diciptakan. Warna warna musim semi terlihat pada coat dress kuning berbahan silk lembut yang bersebelahan dengan dress biru berpotongan anggun plus aksesoris topi lebar nampak chic.

Sementara diseberangnya nampak busana musim gugur yang sendu, dengan coat merah berkancing emas, dan fox fur berserta detail fringe ala French girl.

White / Boudouir / Faith

Memasuki ruangan tengah, saya ‘tersesat’ dalam The White Forest. Dimana semua busana didominasi warna putih yang sangat elegan dan suci – Ya, saya merasakan aura spiritual seorang Didi Budiardjo disini. Tembok berhiaskan salib salib khas Roma dan gaun silk dari koleksi Reverie tahun 2013 dengan detail embroidery dan wajah Bunda Maria yang tersemat sebagai bustier.

Satu gaun putih lainnya yang menarik adalah koleksi Curiosity Cabinet tahun 2014, sebuah lace cape dress dengan detail embroidery organza yang bertahtakan headpiece sayap yang ikonik.

Orient / The East

Travel juga menjadi inspirasi Didi dalam berkarya. Pada ruangan ini, nafas negri tirai bambu hingga budaya Timur Tengah sangat terasa berhembus. Busana khas tiongkok dengan material Tibetan jacquard yang sexy menjadi center attention. Namun sedikit provokatif, terlihat pada pakaian ala Moroko yang disematkan bros salib sebagai aksesorisnya dari koleksi Ballets Russes tahun 2010 yang dicampur juga dengan songket Bali. Culture shock? I don’t think so.

Voyage / Gula Kelapa

Berpindah ke seberang ruangan, suasana lebih terasa Indonesia sekali. Mungkin buat saya seperti memasuki pelataran kerjaan Majapahit – dengan bendera batik yang menghiasi tembok. Ruangan yang didedikasikan untuk kebaya dan batik ini memadukan berbagai elemen. Mulai dari feathers hingga glass beads embroidery dari rangkain koleksi tahun 2008, Kelana Apo Kayon.

Namun yang luar biasa adalah kebaya renda putih dengan selendang batik merah milik ibu Veronica Tan, istri dari Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Kebaya ini beliau pakai saat pelantikan sang suami.

Nocturne / Paradisaea / Celestial

Suasana gelap menebarkan aura mistikal namun penuh keanggunan. Berbagai dress couture berwarna gelap berbaris layaknya ‘prajurit’. Dari koleksi Nocturne hingga the famous Phantasmagoria lengkap dengan aksesoris (headpiece, kacamata, helm) yang beyond imagination.

Sementara di ruangan yang satunya, esensi glamor terasa pada tiga cocktail dress dengan instalasi berputar. Dengan bahan dasar wool, dress tersebut disematkan embroidery kristal dan mirror yang berpendar bling bling bak disco ball.

Backstage / Finale

Pada ruangan terakhir - atau saya menyebutnya ‘bloody room’, semua nampak kontras dengan gaun merah yang menyala dalam kegelapan. Beberapa gaun merupakan private collection milik Ibu Junita Liesar, seperti gaun tulle merah dengan potongan strapless dan gaun cotton lace dengan detail organza yang extravagance.


No comments:

Post a Comment